Jumat, 21 April 2017

MAKALAH JADI



  1. PENGERTIAN SILOGISME
Dilihat dari bentuknya silogisme adalah contoh yang paling tegas dalam cara berpikir deduktif yakni mengambil kesimpulan khusus dari kesimpulan umum. Silogisme merupakan suatu pengambilan kesimpulan dari dua macam keputusan (yang mengandung unsur yang sama dan salah satunya harus universal) suatu keputusan yang ketiga yang kebenarannya sama dengan duakeputusan yang mendahuluinya.Dengan kata lain silogisme adalah merupakan pola berpikir yang di susun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Contoh:          
Keputusan       1 Semua makhluk mempuyai mata,
Keputusan       2 Reni adalahseorang mahluk
Kesimpulan :
Jadi ?   : Reni mempuyai mata.
Pada contoh diatas kita melihat adanya persamaan antara keputusan pertama dengan keputusan kedua yakni sama-sama mahkluk dan salah satu dari keduanya universal (Keputusan pertama) oleh karena itu nilai kebenaran dari keputusan ketiga sama dengan nilai kebenaran dua keputusan sebelumnya.
Kesimpulan yang diambil bahwa Si Reni mempuyai mata adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya.
Pertanyaan apakah kesimpulan itu benar maka hal ini harus di kembalikan kepada kebenaran premis yang mendahuluinya. Sekiranya kedua premis yang mendukungnya adalah benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditariknya juga adalah benar. Dengan demikian maka ketetapan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni kebenaran premismayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan kesimpulan. Dan ketika salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak di penuhi maka kesimpulan yang ditariknya akan salah.
Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif, Argumentasi matematik seperti:
a sama dengan b dan bila b sama dengan c maka a sama dengan c
hal ini merupakan penalaran deduktif, Kesimpulan yang berupa pengetahuan baru bahwa a sama dengan c pada hakekatnya bukan merupakan pengetahuan baru dalam arti yang sebenarnya, melainkan sekedar konsekwensi dari dua pengetahuan yang sudah kita ketahui sebelumnya, yakni bahwa a sama dengan b dan b sama dengan c.
  1. BAGIAN-BAGIAN SILOGISME
1.      Bagian pertama adalah keputusan pertama, yang biasanya disebut premis mayor. Premis mempuyai arti kalimat yang di jadikan dasar penarikan kesimpulan, ada juga yang mengatakan premis adalah kata-kata atau tulisan sebagai pendahulu untuk menarik suatu kesimpulan atau dapat juga diartikan sebagai pangkal pikiran. Mayor artinya besar. Primis mayor artinya pangkal pikir yang mengandung term mayor dari silogisme itu, dimana nantinya akan muncul menjadi predikat dalam konklusi (kesimpulan)1.Bagian keduaadalah keputusan kedua, yang umumnya di sebut denganpremis minor. Premis minor artinya pangkal pikiran yang mengandung term minor (Kecil) dari silogisme itu, dimana nantinya akan muncul menjadi subjek dalam konklusi.1.Bagian ketigaadalah keputusan ketiga yang disebutkonklusi atau kesimpulan, adalah merupakan keputusan baru (dari dua keputusan sebelumnya) yang mengatakan bahwa apa yang benar dalam mayor, juga benar dalam term minor.Bila dirumuskan secara matematis sebagai berikut:
a.       Keputusan 1: (M=P)  Semua manusia bernapas dengan paru-paru  (Premis Mayor)
b.      Keputusan 2: (S=M)  Mahasiswa adalah manusia                  (Premis Minor)
c.        Keputusan 3: (S=P)    Mahasiswa bernapasdengan paru-paru   (Kesimpulan)

  1. HUKUM SILOGISME
Hukum silogisme ada delapanyaitu empat yang mengenai proposisi dan empat yang mengenai term.
1.   Setiap silogisme harus terdiri dari tiga keputusan.
2.   Salah satu dari premisnya harus positif. Sebab dari dua premis yang negatif tidak dapat ditarik konklusi. Jika dua premisnya positif maka konklusinya harus positif, sebab konklusi mengikuti premisnya. Jika salah satu dari premisnya negatif maka konklusinya harus negatif.
3.   Jika salah satu dari premisnya partikular maka konklusinya harus partikular.Tetapi jika dua premisnya universal maka belum tentu konklusinya universal.
4.   Jika premis mayornya partikular dan premis minornya negatif maka tidakdapat ditarik konklusi.
5.   Setiap silogisme harus terdiri dari tiga term, term minor dan term menengah, term bukan perkataan tetapipengertian.
6.   Term medium boleh muncul dalam konklusi karena term medium hanya merupakan perantara saja atau tempat perbandingan dari term minor dan term mayor.
7.   Term medium harus distributed pada salah satu premisnya agar tidak terjadiempat term. (misal: Semua Rusa dapat berlari, semua Rusa adalah term distributedkarena mencakup semua Rusa. Dapat berlari adalah term undiostributed karena yang dapat berlari bukan hanya rusa).
8.   Term yang distributed pada konklusi harus distributed pada premis yang terdahulu. Term-term dalam konklusi harus lebih kecil extensinya dari term-term dalam premis.Silogisme dibedakan menurutbentuknya, berdasarkan pada kedudukan term tengah (M) di dalam proposisi. Terdapat empat bentuk silogisme, yaitu: 
1. Bentuk ITerm tengah (M) berkedudukan sebagai subyek di dalam premis mayor, dan berkedudukan sebagai predikat dalam premis minor. Maka bentuknya adalah :M=P  S=MS=PS : Term Mayor Misal              : Kantor Pajak P : Term Minor Misal : Pelayan PublikM : Term Tengah Misal : birokrasi Contoh : Premis Mayor (M=P): Semua birokrasi adalah pelayan public Premis Minor (S=M) : Kantor pajak adalah birokrasi Silogisme (S=P) : Kantor pajak adalah pelayan public
2. Bentuk II :Term tengah (M) berkedudukan sebagai predikat baik, di dalam premis mayor maupun di dalam premis minor.Maka bentuknya adalah:P=M  S=MS=PContoh:Premis Mayor (P=M): Semua pelayan public adalah aparatur birokratPremis Minor (S=M) : Zahraadalah aparatur birokratSilogisme (S=P) : Zahra adalah pelayan public
3. Bentuk III :Term tengah (M) berkedudukan sebagai subyek, baik di dalam premismayor maupun di dalam premis minor.Maka bentuknya adalah : M=S  M=PS=P Contoh : Premis Mayor (M=S) : Pembuat kebijakan adalah administrator publikPremis Minor (M=P) : Pembuat kebijakan adalah pelayan publikSilogisme (S=P) : Administrator public adalah pelayan public
Dalam ilmu logika informatika / logika matematika / matematika diskrit dikenal beberapa cara penarikan kesimpulan, di antaranya:
1.Modus Ponens
2.Modus Tollens
3.Penambahan Dusjungsi
4.Penyederhanaan Konjungsi
5.Silogisme Disjungsi
6.Silogisme Hipotesis
7.Dilema
  1. MODUS PONENS
Modus ponens adalah metode penarikan kesimpulan apabila ada pernyataan "p q" dan diketahui "p" maka bisa ditarik kesimpulan "q".
Contoh dalam kalimat:p                    : Hari ini hari Senin.q                    : Saya belajar Matematika Diskrit.p q            : Jika hari ini hari Senin maka saya belajar Matematika Diskrit.p                    : Hari ini hari Senin.kesimpulan(q) : Saya belajar Matematika Diskrit.Tabel kebenaran modus ponens ((p q) ʌp) q :tabel
     GAMBAR
p
q
p   q
(p   q)^p
((p   q)^p)    q
T
T
T
T
T
T
F
F
F
T
F
T
T
F
T
F
F
T
F
T

 1: tabel kebenaran modus ponens
MODUS TOLLENS Modus tollens adalah metode penarikan kesimpulan apabila ada pernyataan "p q" dan diketahui "-q" maka bisa ditarik kesimpulan "-p".Contoh dalam kalimat: p : Hari ini hari Senin. q: Saya belajar MatematikaDiskrit.p q : Jika hari ini hari Senin maka saya belajar Matematika Diskrit. -q: Saya tidak belajar Matematika Diskrit.kesimpulan(-p) : Hari ini bukan hari Senin.Tabel kebenaran modus tollens ((p q) ʌ-q) -p:tabel
    2: tabel kebenaran modus tollens
PENAMBAHAN DISJUNGSI Penarikan kesimpulan dengan menambahkan disjungsi didasarkan pada fakta yakni jika suatu kalimat dihubungkan dengan "v" maka kalimat itu akan bernilai benar jika sekurang-kurangnya salah satu komponennya bernilai benar.Contoh dalam kalimat:p                           : Saya mengambil mata kuliah Logika Matematika.q                           : Saya mengambil mata kuliah Kalkulus.kesimpulan (p v q) : Saya mengambil matakuliah Logika Matematika atau Kalkulus.Tabel kebenaran penambahan disjungsi (p ʌ q) (p v q)tabel
    3: tabel kebenaran penambahan disjungsi PENYEDERHANAAN KONJUNGSIJika suatu kalimat dihubungkan dengan "ʌ" maka dapat diambil salah satu komponennya secara khusus.Contoh dalam kalimat:p ʌ q                     : Saya mengambil mata kuliah Logika Matematika dan Kalkulus.kesimpulan1(p)      : Saya mengambil mata kuliah Logika Matematika.kesimpulan2(q)      : Saya mengambil mata kuliah Kalkulus.Tabel kebenaran penyederhanaan konjungsi (p ʌ q) p atau (p ʌ q) qtabel
4: tabel kebenaran penyederhanaan konjungsi SILOGISME DISJUNGSI Silogisme disjungsi adalah penarikan kesimpulan dimana jika diberikan dua pilihan"p" atau "q" sedangkan "q" tidak dipilih maka kesimpulannya yang dipilih adalah "p".Contoh kalimat:p v q              : Bulan ini saya akan mudikke Yogyakarta atau pergi ke Bali.- q                  : Bulan ini saya tidak pergi ke Bali.kesimpulan(p) : Bulan ini saya mudik ke Yogyakarta.Tabel kebenaran silogisme disjungsi ((p v q) ʌ -q) p  atau ((p v q) ʌ -p) qtabel
 5: tabel kebenaran silogisme disjungsi SILOGISME HIPOTESIS Silogisme Hipotesis adalah jika diketahui "p q" dan "q r" maka kesimpulannya "p r".Contoh kalimat:p                            : Saya belajar.q                            : Saya bisa mengerjakan soal.r                             : Saya lulus ujian.p q                    : Jika saya belajar maka saya akan bisa mengerjakan soal.q r                     : Jika saya bisa mengerjakan soal maka saya lulus ujian.kesimpulan (p r) : Jika saya belajar maka saya lulus ujian.Tabel kebenaran silogisme hipotesis (p q) ʌ (q r) (p r).tabel
6: tabel kebenaran silogisme hipotesis DILEMA Dilema adalah penarikan kesimpulan jika diketahui "p v q" dan "p r" dan "q r" maka kesimpulannya adalah "r".Contoh kalimat:p                   : Hari ini Rizki ulang tahun.q                   : Kemarin Bambang juara LKS nasional.r                    : Saya akan ditraktir makan bakso.p v q              :  Hari ini Rizki ulang tahun dan Kemarin Bambang juara LKS nasional.p r            : Jika hari ini Rizki ulang tahun maka saya akan ditraktir makan bakso.q r            : Jika kemarin Bambang juara LKS nasional saya akan ditraktir makan bakso.kesimpulan(r) : Saya akan ditraktir makan bakso.tabel kebenaran dilema ((p v q) ʌ (p r) ʌ (q r)) rtabel